Anak, Mutiara Hati yang Dinanti

Anak merupakan mutiara hati yang selalu dinanti pasangan suami istri. Adanya anak dapat menambah kegembiraan tersendiri bagi pasangan. Adanya buah hati membuat rumah tangga menjadi sangat indah, kebahagiaan tiada tara.

Sumber: Pixabay


Sudah Siapkah Mempunyai Anak?
Setelah pertanyaan kapan menikah terjawab, orang lain akan lanjut bertanya tentang kehamilan istri. Jika istri sudah hamil, orang lain akan mengatakan bahwa suami tokcer atau mengatakan pasangan tokcer. Sebaliknya, jika istri belum hamil, orang akan mengatakan tidak tokcer. Pertanyaan kehamilan ini akan terasa risi bagi pasangan jika istri belum juga hamil. Terkadang pertanyaan ini menjadi beban bagi pasangan. Ingin punya anak semakin kuat di hati pasangan suami istri. Berbagai cara cepat hamil terkadang dilakukan demi mendapatkan anak.

Pasangan mulai merencanakan kehamilan. Pasangan melakukan suatu program supaya istri hamil. Melakukan program bercinta terjadwal dan berkala. Melakukan program tersebut pada waktu dan hari tertentu. Program mengonsumsi makanan bergizi yang memicu kesuburan suami dan istri. Masih banyak program cara cepat hamil lainnya. Program yang tidak bertentangan dengan agama boleh saja untuk dilakukan.

Ada beberapa pasangan yang belum siap memiliki anak. Mereka melakukan perencanaan yang telah disepakati bersama pasangan. Perencanaan untuk berdua dalam menikmati masa awal pernikahan. Ada pasangan yang ingin menikmati masa berdua (bulan madu) melakukan perjalanan ke berbagai tempat serasa dunia milik berdua. Ada pasangan melakukan beberapa kegiatan yang menjadi target, misalnya memajukan bisnis. Bahkan ada pasangan yang merencanakan untuk meningkatkan karir sebelum memiliki anak.

Ada juga pasangan yang telah siap memiliki anak. Pasangan ini biasanya sudah merencanakan investasi masa depan. Merencanakan hidup ke depan saat memiliki anak. Pasangan ini telah merencanakan sesuatu yang matang bagi anak dan pasangan. Ada juga pasangan yang tidak pernah merencanakan untuk memiliki anak. Pasangan ini natural saja, berjalan dengan apa adanya.

Siap atau tidak siap mempunyai anak, jika pasangan telah dipercayai oleh Allah SWT dititipkan seorang anak, maka wajib menjaganya. Merawat dengan kasih sayang dan tulus serta memberikan yang terbaik bagi anak sekuat kemampuannya.


Suami Siaga
Suami yang akan menjadi seorang ayah harus mempersiapkan segalanya. Calon ayah harus memiliki sikap siaga saat istri mengandung. Calon ayah harus melakukan hal-hal yang membuat istri dan anak dalam kandungan sehat dan bahagia. Calon ayah memberikan fasilitas dan dukungan pada istri yang mengandung.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat kehamilan pertama, seperti mengecek kehamilan dengan tes pack, ibu hamil ngidam, memilih dokter kandungan, chek up ke dokter, dan melakukan USG kehamilan. Hal tersebut seperti hasil pengalaman oleh mas Andika Priyandana.

Mas Andhika, sebagai calon ayah pada saat itu, menuliskan pengalamannya di Catatan Calon Ayah. Saya membaca tuntas Catatan Calon Ayah sebanyak delapan edisi. Satu tulisan yang masih saya ingat membahas tentang ngidam. Saya, dan mungkin suami lainnya tidak mengetahui keinginan kuat istri terhadap sesuatu. Keinginan itu wajib bagi istri untuk terpenuhi tanpa alasan. Keinginan itu biasa disebut dengan ngidam.

Saya berpikiran ngidam itu seperti kemanjaan istri saja. Keinginan yang tak beralasan dan tak sepenuhnya dituruti. Namun, setelah membaca tulisan mas Andhika yang berjudul, Catatan Calon Ayah 7: Bule Juga Ngidam, wawasan pengetahuan saya mulai terbuka mengenai ngidam.

Saat istri ngidam, suami harus siap ada untuk menuruti keinginannya. Selain itu, suami siap siaga jika usia kandungan beranjak sembilan bulan. Suami harus siap siaga untuk membawa istri ke dokter kandungan terdekat. Nah, para lelaki bukan hanya sekadar menanam benih saja, tetapi harus siap siaga merawat benih yang ditanam. Setelah lahiran, tanggung jawab pada anak semakin besar, pasangan harus asuh, asih, dan mendidik anak.


Anak Laki-laki atau Perempuan?
Keinginan untuk memiliki anak terkadang telah dikabulkan oleh Allah SWT, namun manusia tak pernah puas. Pasangan tertentu berdebat harus memiliki anak pertama dengan jenis kelamin tertentu. Pasangan yang telah memiliki dua berjenis kelamin sama, maka selanjutnya ingin memiliki anak berjenis kelamin berbeda dari anak sebelumnya. Berusaha dan doa agar dikaruniai anak laki laki atau berusaha dan doa agar dikaruniai anak perempuan.

Sebelum diketahui jenis kelamin anak, pasangan telah menyiapkan nama. Terkadang melakukan musyawarah untuk memberi nama hasil kesepakatan pasangan. Ada pasangan yang berbagi peran untuk pemberian nama anak. Jika anak yang lahir adalah laki-laki, maka yang memberi nama adalah suami. Jika anak yang lahir adalah perempuan, maka yang memberi nama adalah istri.

Sebagian pasangan menyerahkan pada Allah mengenai jenis kelamin anak. Pasangan tersebut bersyukur pada Allah karena telah dipercayakan dititip anak. Pasangan ini selalu berdoa minta keturunan yang sholeh dan sholehah 


Kesabaran Pasangan Menanti Anak
Ada pasangan yang usai menikah langsung dianugerahi seorang anak dan ada pula pasangan yang sudah lama menikah belum juga dikarunia anak. Kesabaran menunggu buah hati oleh pasangan menjadi suatu proses yang terasa panjang dan melelahkan. Walaupun keinginan memiliki momongan segera mungkin. Namun apa daya, Tuhan menggariskan belum memberikan keturunan.

Teringat kisah nabi ibrahim menginginkan anak. Nabi yang lama mendapatkan keturunan. Nabi Ibrahim yang menanti kehadiran buah hati dalam waktu yang lama, yaitu selama 40 tahun. Beliau berdoa pada Allah, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” (Qs. Ash-Shafaat 37: 100). Pada saat beliau berusia 86 tahun, Nabi Ibrahim dikarunia anak. Beliau memberi nama anaknya, Ismail.

Setelah Ismail beranjak besar, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih anaknya, Ismail. Hatinya terasa berat. Beliau memberitahukan hal ini kepada anak dan istrinya. Anaknya berkata, “Ayahku, apabila ini merupakan wahyu yang harus kita taati, maka saya rela untuk disembelih.” 

Keimanannya yang kuat pada Allah SWT, Nabi Ibrahim menyembelih Ismail. Namun, Allah mengganti Ismail dengan seekor kambing untuk disembelih. Kejadian ini tercatat dalam Al Quran surah Ash- Shaffat 101-111. Dari kisah Nabi Ibrahim, kita seharusnya meneladani sifat untuk bersabar menanti keturunan dan menjalankan perintah Allah.


Epilog
Sebagai manusia ciptaan-Nya, kita hanya memiliki harapan. Ketentuan yang telah terjadi atau akan terjadi kita serahkan pada Allah SWT. Sebagai manusia, kita berusaha, berdoa, sabar, dan tabah dalam segala hal termasuk keinginan memiliki anak. Keputusan akhir kita serahkan kepada Allah SWT.
Share on Google Plus

About Asmirizani

Lelaki biasa yang sedang belajar mengeja hidup. Membaca, menulis, dan belajar tiada henti ditemani secangkir kopi jahe,

0 komentar:

Posting Komentar