Belajar Membangun Rumah Tangga

Manusia dewasa akan memutuskan untuk membangun rumah tangga (menikah). Sebagian manusia yang berumah tangga bertujuan untuk mendapatkan generasi penerus. Generasi penerus yang membanggakan orang tua. Generasi penerus yang mempertahankan dan memperluas jangkauan agama. Generasi penerus yang memajukan bangsa dan negara.

http://www.asmirizani.com/2017/04/belajar-membangun-rumah-tangga.html

Berumah tangga merupakan komitmen dengan diri sendiri dan pasangan. Laki laki memiliki komitmen untuk menjaga dan membahagiakan wanita. Tanggung jawabnya sebagai laki-laki semakin berat; laki-laki harus membimbing wanita menuju kebaikan dan kebenaran. Sedangkan wanita memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sepenuh hati dan ikhlas pada laki-laki. Selain itu secara bersama-sama berkomitmen membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah.

Pasangan yang membangun rumah tangga memiliki banyak perbedaan. Perbedaan dalam sifat, perbedaan dalam wawasan, dan perbedaan lainnya. Perbedaan pasangan bisa menimbulkan rasa ketidakcocokan. Namun, perbedaan merupakan suatu kecocokan pasangan yang dapat membuat pasangan saling melengkapi. Laki-laki melengkapi wanita dan sebaliknya.

Dalam rumah tangga, ketidaksetujuan dalam hal terentu pada pasangan adalah hal yang wajar. Ketidaksetujuan bukan diselesaikan dengan mempertahankan keegoisan individual. Satu di antara pasangan harus ada yang mengalah. Mengalah pada pasangan bukan berarti kalah. Mengalah demi pasangan dapat dibenarkan atas dasar pemakluman. Tetapi alangkah baiknya didiskusikan mencari solusi secara bersama.

Keluarga kecil yang kita bangun dari kekosongan merupakan tahapan proses kehidupan. Bertahap melakukan perbaikan pengembangan diri keluarga dari kekosongan hingga kesuksesan. Belajar dari pengalaman diri sendiri dan orang tua, kita mengharapkan bahwa sebuah rumah tangga menuju kebaikan dan kebenaran sehingga terwujudnya keluargaku surgaku.

Membangun rumah tangga dapat di analogikan seperti kita membangun rumah pada umumnya. Pasangan harus memiliki pondasi yang kuat berupa agama dan komitmen. Pondasi yang kuat akan mampu menopang apapun. Masalah besar dan kecil dapat di atasi jika pasangan tetap berpegang teguh pada agama. Selain itu, harus ingat dengan komitmen yang dibangun secara pribadi maupun berpasangan.

Pondasi yang kuat tentu harus dilakukan perawatan berkala untuk menjaga dan mengetahui pondasi tersebut. Jika kita mengetahui kondisi pondasi tersebut mulai mengalami kerusakan, pribadi diri mulai berbenah melakukan perbaikan. Lakukan perbaikan-perbaikan sehingga tercipta keluargaku surgaku. Perawatan dan perbaikan dalam berumah tangga seperti yang dipaparkan oleh Mba Elva, yaitu pasangan saling memuji, jangan biarkan perselisihan secara berlarut-larut, jangan menyakiti hati dengan sindiran, jangan cemburu berlebihan, dan menutup aib.

Berumah tangga merupakan proses yang panjang, proses yang rumit, proses yang penuh kesabaran. Sebagai laki-laki muda yang ingin belajar dan masih belajar membangun rumah tangga muda yang sakinah, mawadah, warahmah memohon masukan dari pembaca. 

Share on Google Plus

About Asmirizani

Lelaki biasa yang sedang belajar mengeja hidup. Membaca, menulis, dan belajar tiada henti ditemani secangkir kopi jahe,

3 komentar:

  1. Tulisannya bagus min. Saya jadi ingat masa2 awal berumah tangga. Tidak mudah. Tapi seiring berjalannya waktu kita jadi semakin kuat dalam ikatan keluarga

    BalasHapus
  2. Although, at first sight it sounds very simple, it is very difficult on practice. I appreciate that you devoted a post to this theme.

    BalasHapus