Adat Istiadat dan Bahasa Melayu Kayung Ketapang Kalbar

Orang yang bermukim lama di daerah kawasan Ketapang dan berbaur dengan masyarakat setempat, lambat laun mengikuti beberapa hal di daerah tersebut termasuk bahasa dan istiadat Melayu. Jika orang tersebut merasa memiliki, mengikuti, dan mengakui diri sebagai orang Melayu Kayung, maka dapat dikatakan orang tersebut orang Melayu Kayung.


Tumbang apam
Foto Gusti Carma Saat melakukan Adat Tumbang Apam

Bahasa orang Melayu Kayung pada umumnya Melayu. Bahasa Melayu pada umumnya digunakan di setiap daerah dengan dialek yang berbeda. Namun, ada beberapa daerah tertentu yang memiliki beberapa kosakata berbeda walaupun masih dapat dimengerti oleh orang Melayu Ketapang.

Adat istiadat Melayu Kayung Ketapang sangat erat dengan keagamaan islam. Istiadat orang Melayu Kayung dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu adat istiadat kelahiran, adat istiadat pernikahan, dan adat istiadat kematian.


Adat Istiadat Kelahiran


Tradisi yang dilakukan saat hamil, kelahiran, dan beranjak balig dilakukan dengan runut. Adat istiadat ini merupakan wujud kepedulian dan rasa syukur yang mendalam seseorang dan keluarga.

1. Mandi Tujuh Bulan

Mandi tujoh bulan dilakukan oleh sepasang pengantin yang istrinya sedang mengandung bayi seumur tujuh bulan. Pertama, tamu undangan membaca yasin dan doa tolak bala. Kedua, pasangan melaksanakan acara tumbang apam. Apam tiga warna : putih, kuning, dan cokelat. Apam tersebut dilekatkan pada pelepah kelapa yang dibersihkan daunnya dan dipotong setengah lidinya. Apam ditancapkan pada lidi pelepah kelapa dan di ujung atas pelepah dipasang lilin berapi.

Pelepah ini di kelilingkan pada pasangan sebanyak tujuh keliling. Setelah itu, pasangan mandi air tolak bala. Pasangan mandi tanpa pakaian, tetapi menggunakan kain kuning namun tetap pakai seluar. Perempuan memegang kelapa bertunas. Mandi tujoh bulan ini bermaksud rasa syukur dan mengharap kandungan terjaga.

2. Bebuang-Buang

Sebelum melahirkan diadakan bebuang ke sungai. Perambahan bebuang, yaitu sabut kelapa tua yang berisi keminting, paku, sirih, kapuk, rokok, dan teluk ayam mentah yang dihanyutkan ke tengah sungai. Sabut kelapa terapung di permukaan air terus di simbor yang akan bergerak limit ke tengah. Bebuang seperti pemberitahuan kepada makhluk aik (kerabat ghaib) untuk keselamatan wanita hamil dan kandungan. Tetua memberikan air selusoh kepada wanita hamil besar untuk kemudahan melahirkan.

3. Mengerat Pusat

Dukun beranak menanyakan nama bayi pada ayahnya dan memotong tali pusat dengan mengucapkan basmalah serta kalimat syahadat.

4. Menganyutkan Tembunik

Tembunik yang merupakan teman bayi saat dalam kandungan dibersihkan dan dimasukkan ke dalam bakul bambu dan dihanyutkan. Ada juga tembunik yang ditanam. Pada umumnya dihanyutkan di sungai pawan.

5. Tanggal Pusat dan Letak Nama

Selama tujuh hari setelah kelahiran, keluarga menunggu lepas tali pusat. Acara bepangku dan bersyair tentang hikayat dilaksanakan malam untuk menunggu lepasnya tali pusat. Biasanya bayi dipangku di malam ketujuh selama ketemu wayah. Setelah itu, bayi diletakkan di atas talam besar yang berisi beras dan uang logam dialas kain dan dibacakan doa tolak bala. Saat tanggal pusat inilah, anak diberi nama.

6. Mandi Wiladah

Setelah empat puluh hari atau usai masa nifas, wanita yang melahirkan melakukan basuk lante. Wanita mandi wiladah untuk membersihkan diri. Biasanya bebereseh disandingkan dengan acara aqiqah, gunting rambut, naik ayun, dan sunatan.

7. Tetohong

Talam kecil yang berisi pisang dua puluh bijik, teluk ayam dua butik, kelapa setampang, dan gule merah. Talam tersebut diletakkan di bawah ayunan si anak sebelum akan diserahkan pade dukun beranak setelah nifas. 


Naek Ayun
Naik Ayun

8. Naek Ayun

Memulai berayun untuk bayi, maka dilakukan acara tumbang apam yang diiringi baca yasin dan doa selamat. Bayi dimasukkan dalam ayunan disengkang dengan berbagai jenis juadah. Ayunan terdiri atas enam helai kain batik dan tali ayunan dianyam dari benang tujuh warna. Di bawah ayunan dalam kolong rumah diletakkan ayunan sandah.

9. Gunting Rambut

Gunting rambut dilaksanakan setelah bayi berusia empat puluh hari. Bayi dibacakan Al barjanzi dan shalawat. Bayi digendong ayahnya menggunakan selendang batik dan meminta tamu memotong rambut yang dikucir. Bayi dan ayahnya diikuti seseorang yang membawa talam berisi beras kuning, tepung tawar, lilin menyala, kelapa cengker yang dipotong setengah berisi airnya dan gunting. Tamu yang memotong rambut bayi diberikan cucok teluk.
Setelah beberapa hari selepas gunting rambut, rambut bayi digundul untuk membersihkan rambut asal. 

10. Tijak Tanah

Acara tijak tanah biasanya dilaksanakan seusai gunting rambut. Bayi digendong ayahnya melewati balai jawe, menuruni tangga tebu, menginjak enam jenis tambol dalam setiap piring yang disusun memanjang, menginjak piring berisi tanah, menginjak piring berisi teluk ayam kampung, dan sepiring paku keminting.

Berikut urutan yang disusun memanjang, yaitu tangga naik, balai jawe, tangga turun, piring berisi dodol merah, piring berisi dodol putih, piring berisi cucor, piring berisi ariadam, piring berisi cengkarok, piring sesagun, piring berisi tanah, piring berisi sebutik teluk ayam mentah, dan piring berisi paku keminting. 

Bayi yang digendong ayahnya digerakkan dengan menginjakkan/menyentuhkan telapak kaki pada tangga hingga piring paku keminting sebanyak tujuh putaran. Setelah putaran ketujuh, kaki bayi memecahkan teluk mentah dalam piring. Biasanya bayi akan menangis karena tekerayak kakinya sejuk kena putih telur. Tijak tanah menandakan bayi sudah diperbolehkan untuk turun ke tanah baik dengan orang tuanya maupun dengan siapapun untuk diajarkan berjalan injak tanah. Harapan supaya anak lekas pandai berjalan dan tidak jingkik sehingga mudah becicak.

Setelah putaran ketujuh selesai, seseorang membuka kain balai jawe sebagai tanda rangka rumah yang terbuat dari tebu boleh diambil. Biak berebut mengambil tebu hingga ranap. Saling osek sesama teman untuk mendapatkan banyak tebu. Anak yang mendapatkan tebu paling betimbam menandakan kegesitan dan ketangkasannya sangat baik. Sebaliknya, anak yang lengah tidak akan mendapatkan tebu. Terkadang tebu yang didapat dimakan bersama-sama sebagai pertanda saling berbagi dan gotong royong. Selesai acara tijak tanah banyak sekali uras kulit yang di kusik dan ampas tebu bekaparan. Tuan rumah akan mantong pada uras kering yang berugong.

11. Khataman Quran

Anak kecil di kampung sudah diajari mengaji hingga khatam. Setelah khatam, beberapa anak laki-laki dan perempuan diadakan acara khataman quran yang biasanya berjumlah enam orang. Acara dimulai oleh guru gaji membacakan fatihah dan dilanjutkan oleh anak membaca juz amma. Tiap anak mendapat bagian surah yang dibaca hingga juz amma tuntas. Pembacaan surah tersebut disertai dengan lantunan lagu (nada/irama) khas sambil menghadap pokok teluk dan tamu undangan. Setelah selesai pembacaan juz amma, dilanjutkan dengan takhtim dan ditutup dengan bacaan doa khatam quran. Biasanya acara ini disatukan dengan acara sunatan. Khusus laki-laki, biasanya orang tua menargetkan anak sudah khatam alquran baru boleh besunat.

12. Begendang Tar

Malam hari setelah khataman dilanjutkan dengan begendang tar hingga larut malam sebagai hiburan. Tergantung tuan rumah jika memiliki hajat untuk mengadakan acara begendang atau hadrah sampai suntong.

13. Besunat

Setelah acara begendang, paginya, anak lelaki yang khataman quran belum disunat maka akan disunat oleh mentri (paramedis). Sambil menunggu giliran disunat, orang dewasa kadang ngaro menakuti sakitnya sunat. Bagi yang dudi disunat kadang menangis karena ketakutan. 

14. Pacat Kundang

Setelah tiga hari anak laki-laki besunat diadakan acara pacat kundang. Acara berupa penggantian perban dan pengobatan oleh dukun atau para medis dan disertai pembacaan doa tolak bala. 

15. Mandi Tumbuh Susu

Anak perempuan yang berusia delapan tahun diadakan mandi tumbuh susu. Mandi tumbuh susu ini hampir sama dengan cara mandi tujuh bulan pada perempuan hamil. Biasanya jika anak perempuan seumuran tidak banyak, maka anak perempuan bisa ditumpangkan pada acara mandi tujuh bulan.

16. Belamin 

Belamin dilakukan bagi anak perempuan turunan bangsawan yang mengalami mens pertama. Saat di lamin, perempuan tidak boleh membuka lelongop karena sewaktu belamin berpantang terkena cahaya matahari. Ruangan belamin tertutup rapat, namun angin tetap masuk melalui remangin. Saat belamin, anak gadis harus bekasek dan diajarkan pengetahuan tentang perihal kewanitaan. Bagi anak perempuan yang sering begoyo, belamin mengekang dan tidak betah, hal ini akan dianggap palar baginya.

17. Turun Lamin

Setelah masa mens pertama selesai, maka anak perempuan yang belamin dikeluarkan. Diadakan acara turun lamin seperti acara besunat pada anak laki-laki. Namun bedanya, anak perempuan tidak besunat karena saat kecil sudah disunat dan dipasang bonel oleh dukun beranak atau paramedis. 


Bahan gunting Rambut
Bahan Gunting Rambut


Adat Istiadat Pernikahan



Tradisi sebelum menikah, akad nikah, dan setelah menikah menjadi rangkaian tak bisa dipisahkan. Dapat dikatakan tradisi yang sangat lengkap dari memilih pasangan, mengajukan diri melamar hingga setelah menikah.

1. Merisik-risik

Pihak lelaki yang menginginkan seorang perempuan, merisik-risik dulu pada calon pasangannya. Biasanya mencari informasi awal tentang calon dan keluarga, seperti turun-temurun orang tua, asal muasal, dan calon itu sendiri. Pihak lelaki mengirimkan telangke yang masih kerabat untuk menganjuk pada keluarga calon dan calon itu sendiri. Biasanya waktu untuk merisik tidak tentu, tergantung dari telangke. Biasanya jika telangke kenal dengan keluarga tersebut, telangke merekomendasikan untuk melakukan tahapan berikutnya. Kini, merisik agak jarang dilakukan pihak lelaki dengan telangke. Terkadang orang tua atau calon pengantin pria yang mencari informasi terkait calon pengantin perempuan dan keluarganya.

2. Membuka Omong

Setelah merisik, pihak lelaki mengutus seseorang – biasanya suami istri yang kenal dekat dengan keluarga calon perempuan – untuk membantu membicarakan perihal lamaran. Biasanya jika rumah calon penganting redip dari kampung lelaki, suami istri bermalam di rumah calon perempuan. Untuk menyatakan perihal tersebut, suami istri ini memberikan tempat sirih yang berisi kepada keluarga calon perempuan. Jika tempat sirih tersebut dikembalikan dalam keadaan kosong, maka pinangan tersebut diterima.

3. Mengantar Tande

Keluarga pihak lelaki mendatangi rumah keluarga calon perempuan untuk berunding menentukan kesepakatan dengan membawa beberapa barang (cincin dan lainnya) sebagai tande. Kedatangan dan barang yang dibawa menunjukkan keseriusan calon pengantin laki-laki. Perundingan dalam menentukan hari dan bulan untuk melaksanakan pernikahan, uang asap, barang antaran, dan hal lainnya.

4. Mengantar Barang dan Duit Asap

Setelah disepakati perihal pernikahan, pihak lelaki mengantar barang sesuai kesepakatan termasuk di dalamnya uang asap. Barang yang dibawa merupakan barang yang ringan yang sudah dikemas dengan jangak. Sedangkan barang berat, seperti katel dan lemari sudah diantar dahulu.

5. Akad Nikah

Akad nikah pada umumnya dilakukan di rumah pihak perempuan. Akad nikah biasanya diawali dengan acara ngantar barang dan serah terima. Saat akad dimulai, calon pengantin berhadapan dengan wali nikah dan penghulu. Pengantin perempuan belum dihadirkan. Setelah akad nikah selesai, perempuan dihadirkan menemui suami.

6. Mengundoh Menantu

Setelah akad nikah, pengantin lelaki melaksanakan adat ngundoh menantu. Pengantin lelaki mengenakan pakaian orang tua lelaki dari pengantin perempuan. Setelah itu, tujuh tetua kampung memberi minyak rambut, menyisir, dan membedaki pengantin lelaki secara bergantian. Ngundoh menantu dimaksudkan bahwa pengantin disambut dan diterima di rumah orang tua lelaki.

7. Bepacar

Bepacar dilakukan oleh tujuh lelaki dan tujuh perempuan yang dituakan di kampung. Pertama, menggulung pacar dilakukan secara bergantian oleh tujuh orang tetua lelaki. Pacar tumbuk dikelilingkan di atas payung api – tujuh lilin menyala terikat pada rotan yang dibentuk lingkaran – sebanyak tiga kali. Setelah itu, pacar tumbuk diletakkan pada telapak tangan pengantin. Filosofi menggulung pacar, yaitu supaya wajah melinyang dan supaya kehidupan pengantin bersinar cerah dalam rumah tangga dan sekitarnya.

Kedua, menguku yang dilakukan oleh tujuh perempuan tua secara bergantian mengambil satu lilin, memadamkan, dan menggosokkan lilin panas pada kuku tangan dan kuku kaki pengantin. Menguku dilakukan agar pengantin terhindar dari penyakit restong kuku pada tangan dan kaki.
Ketiga, mengocor, yaitu memercikkan minyak kembang setaman pada tubuh – kepala, pundak, lulut, dan kaki – pengantin dan memasukkan uang atau barang pada tempat yang disediakan. Mengocor bermaksud supaya pengantin hidup berbahagia dan menebarkan harum kebaikan di lingkungan sekitar dengan berbekal dalam berumah tangga. 

8. Bepepinjam

Acara nikah yang digelar pada rumah pengantin perempuan sangat memerlukan perabotan rumah tangga. Tuan rumah acara bepepinjam pinggan, suduk, cawan, pisok, dan lainnya pada tetangga. Tetangga bekerenah bersama-sama menyukseskan acara besar nikahan. 


9. Bepepajang

Adat ini dilakukan beberapa hari sebelum acara nikahan. Adat ini dilakukan oleh dukun kampung yang bermaksud memberitahukan atau izin permisi pada makhluk ghaib karena akan digelarnya acara nikahan supaya tidak diganggu.

10. Bepapar atau Betitik

Bepapar dilakukan pada kedua calon pengantin untuk meratakan gigi. Bepapar memerlukan kikir bersih, paku, keminting, dan asam garam. Maksud dari bepapar supaya pengantin terlihat manis senyum, kuat giginya dan terhindar tidak suka berunyak.

11. Betangas

Pengantin masuk ke dalam tikar pandan yang digulung dan ditutup bagian atasnya. Sebelum bertangas, calon pengantin diminta untuk buang air kecil dan besar sehingga saat di dalam gulungan tikar tidak mengalami kemeh. Di dalam gulungan tikar pandan, pengantin duduk menikmati asap dari rempah yang sebelumnya sudah dipanaskan. Bagi yang tidak kalak betangas, asap rempah bisa mengenai hidung yang membuat calon pengantin tekasik. Tubuh calon pengantin akan begetik dan asap rempah ini baunya harum. Rambut calon pengantin berasap dan basah sehingga tumak lari dan keracunan. Maksud dari betangas membantu pengantin mengeluarkan peluh banyak, membunuh tungo di badan, terhindar dari kelembidor, mengharumkan tubuh, dan meningkatkan kepercayaan diri saat bertemu pasangan. 

12. Mengunjam Bale

Gotong royong sanak keluarga dan tetangga membangun tarub untuk menampung tamu undangan. Rombongan yang mengunjam nyelawe orang kampung untuk ikut. Tak heran yang tidak suah ngunjam akan membantu apalagi masih bujang. Saat ngunjam bale dihidangkan tambol berupa ubi sepor, kekicak, dan aik kupi. Tambol tersebut harus dimakan, kalaupun tidak harus di kutis atau pusak. Tak heran makan ubi sampe bekumik. Terkadang orang yang ngunjam bale kekenyangan makan ubi sehingga sengeh dan biasanya ada yang tekampor. Kalau sudah tekampor, ia akan jerak makan tambol banyak-banyak. Kekeluargaan ikut ngunjam bale antara lelaki semakin erat karena beguro sampai banduk. Jika lari dari beguro akan dikatakan lengker. Jika tumbas kalah dalam berguro kadang bejebu tanpa bekabar. Jika anak bujang tidak mau ikut mengunjam kadang dianggap buyuk dan peker dalam bekerja. Ngunjam bale mesti memperkirakan tanah keras dan lembut sehingga tarub tidak senggereng.

13. Begegantung

Empat orang yang duduk di setiap penjuru atas katel membaca yasin serta doa selamat. Setelah itu, memasang kelambu yang dilakukan setelah azan zuhur. Saat pembacaan yasin dan doa selamat, di tengah tempat tidur diletakkan pisang masak sesiser, tambol, dan air minum.

14. Mengarak Pengantin Lelaki

Pada hari akad, di rumah pengantin lelaki mengadakan doa sebelum turun menuju ke rumah pengantin perempuan. Diiringi shalawat, pengantin lelaki melangkahkan kaki keluar pintu rumah. Pengantin lelaki diarak orang tua, keluarga, sahabat, dan tetangga dengan diiringi tetabuhan gendang tar.

Di depan rumah pengantin perempuan, rombongan pengantin lelaki di halangi kutemare. Dibalik kutemare, ada jagoan yang mempertanyakan siapa dan maksud kehadiran. Tentunya jagoan yang menghalangi dilawan oleh jagoan dari pihak pengantin laki-laki. Terjadi cekcok dengan saling berbalas pantun dan gerakan silat. Setelah penghalang terselesaikan, pengantin lelaki disambut dengan gendang tar dan hamburan beras kuning.

Jika pengantin belum melakukan akad, maka calon pengantin lelaki duduk bersila menghadap penghulu dan wali nikah untuk bersiap melaksanakan akad nikah.
Jika pengantin sudah melaksanakan akad nikah beberapa hari sebelum acara hari besar, maka pengantin laki-laki disambut oleh pengantin perempuan. Pengantin perempuan membasuh kaki suaminya dan menggandeng berjalan ke pelaminan.
Setelah akad dan bersanding di pelaminan, didoakanlah pengantin dengan doa selamat dan disampaikan pesan berumah tangga. Setelah itu, pengantin dan hadirin undangan dihibur pembacaan syair gulung yang merupakan syair khas melayu ketapang.

15. Mandi Tige Malam

Setelah tiga malam usai pernikahan dan acara besar, pengantin melaksanakan adat mandi tige malam. Pertame, betimbang. Sebelum betimbang, dilakukan pembacaan Al Barjanzi. Adat betimbang diperlukan bahan, yaitu alat timbangan khusus, beras segantang, pisang, kundor, rempah-rempah, kelapa setampang, dan gule merah. Kelapa yang digunakan bukan kelapa cengker.

Bahan tersebut diletakkan pada daun timbangan dan sisi daun timbangan sebelahnya ada sepasang pengantin. Saat itu dibacakan doa tolak bala. Adat betimbang hanya dilakukan bagi kaum bangsawan keturunan dan keluarga raja.

Kedua, mandi. Sebelum mandi, pengantin dilakukan acara belulus yang dilakukan oleh tujuh orang tetua kampung. Setelah itu, sepasang pengantin mandi bersama duduk di atas tetawak besar. Terkadang menggunakan tetawak kecil sehingga pengantin duduk cupel dan tekantal. Pengantin yang memakai kain kuning tempungas dengan air kembang setaman dan air selusoh. Pengantin mandi dengan suka ria, namun tidak belimbor. Setelah mandi, kain pengantin dijemur di sesatang. Pengantin berganti pakaian dan duduk bersanding menghadap nasi adap. Nasi Adap berupa ketan kuning, panggang ayam, potongan teluk, dan minuman. Pengantin saling menyuapi nasi adap.


Adat Istiadat Kematian


Tradisi yang dilakukan masyarakat melayu kayung terhadap orang yang meninggal dunia pada umumnya mendoakan dan menghibur. Mendoakan arwah secara bersama-sama dan terus menerus. Rangkaian acara dari hari wafat hingga memperingati tahunan wafatnya. 

1. Melayat

Pelayat membawa beras, cabai, garam, dan gula yang diberikan pada keluarga yang berduka. Pelayat membaca surah yasin pada mayat, ikut menshalatkan, dan mengantar ke pemakaman. Pelayat menghibur anggota keluarga yang berduka dan menceritakan kebaikan orang yang sudah meninggal tersebut.

2. Nyusor Tanah

Setelah dimakamkan, membacakan doa untuk arwah sebagai pengantar arwah ke alam berbeda.

3. Tahlilan

Membacakan tahlil di rumah duka dan membacakan doa secara bersama setelah shalat magrib.

4. Nige Ari

Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari ketiga

5. Nujoh Hari

Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari ketujoh

6. Ngelat

Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari kelima belas

7. Nyelawe

Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari kedua puluh lima. Pada nyelawe dihidangkan kue apam.

8. Ngempat Puloh

Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari keempat puluh. Pada ngempat puloh, tuan rumah memberikan buah tangan pada tamu yang hadir. Tuan rumah biasanya memberi kue bolu dan buku yasin yang diletakkan di atas piring dan dibungkus sapu tangan.

9. Nyeratus

Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari keseratus

10. Nyeribu

Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari keseribu

11. Beruahan

Mengadakan acara untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Beruhan dilaksanakan pada bulan sya’ban, biasanya dikenal dengan sebutan bulan ruah. Acara dimulai dengan shalat maghrib berjamaah dan dilanjutkan tahlilan serta doa.

Istiadat Melayu Kayung Ketapang Kalimantan Barat Menjadi khasanah melayu yang memperkaya budaya Indonesia. Selain juga memperkaya kosa katalokal bahkan menjadi penyumbang perkaya kosakata Indonesia.

Masih banyak istiadat yang tidak tercantum dalam tulisan ini. Masih ringkasnya penjelasan mengenai istiadat Melayu Kayung. Namun, membuat saya merasa bangga, senang bisa menemukan adat istiadat Melayu Kayung dan masih merasa memiliki.


Kosakata Bahasa Melayu Kayung Ketapang dalam Istiadat dan Berkehidupan Bermasyarakat

Penanda Kelas Kata
(n) nomina : Kata Benda
(v) verba : Kata Kerja
(Adv) Adverbia: kata keterangan
(Adj) Adjektiva : kata sifat

1. aik selusoh (n) : air yang didoakan
2. ayunan sandah (n): ayunan kecil berisi lesung atau batu yang diletakkan di bawah lantai kolong rumah sejajar dengan ayunan bayi.
3. balai jawe (n) : Rumah mini tanpa dinding yang terbuat dari batang tebu dan ditutup kain
4. banduk (adj) : sangat berlebihan dalam bergurau
5. basuk lante : acara bebersih diri setelah nifas
6. becicak (v) : berlari
7. begetik (n) : keringat yang menempel di tubuh
8. begoyo (v) : kelayapan, berjalan tiada tentu tujuan, tidak betah di rumah
9. beguro (n) : bersakat disela pekerjaan
10. bejebu (v) : cepat dalam menghindar/melarikan diri
11. bekaparan (adj) : berserakan
12. bekasek (v) :membedaki wajah
13. bekerenah (v): bekerja membereskan sesuatu
14. bekumik (n): mengunyah makanan penuh di mulut
15. belamin (n): menyimpan anak perempuan yang mengalami mens pertama di dalam kamar hingga selesai mens
16. belimbor (v):mandi dengan memercikkan air
17. belulus (v):melingkarkan benang dan jarum melewati tubuh dari atas kepala turun hingga ke kaki
18. beruahan (n): Mengadakan acara untuk mendoakan orang yang sudah meninggal. Acara dimulai dengan shalat maghrib berjamaah dan dilanjutkan tahlilan serta doa.
19. berugong (adv) : sangat banyak dalam keadaan terkumpul
20. berunyak (v): marah berkepanjangan
21. Biak (n) : anak kecil
22. bijik (n) : Butir
23. bonel (n) : anting-anting
24. bulan ruah (n): bulan hijriah yang cocok dan musim melaksanakan beruahan, biasanya bulan sya’ban
25. buyuk (adj)  : tidak kuat, lemah
26. cawan (n): gelas
27. cengker (n): buah kelapa muda tanpa isi
28. cucok teluk (n): bagian dari pokok teluk rebus yang telah dilepas dari ketan
29. cupel (adv): sangat di ujung/pinggir
30. dudi (adv) : paling akhir
31. jangak (adj) : bagus, cantik
32. jerak (adj) : tidak mengulangi
33. jingkik (v) : jinjit
34. kalak (adv) : pernah
35. katel (n): tempat tidur, ranjang
36. kekicak (n): tepung ketan dibuat bulat-bulat kecil yang direbus dan diberi kuah gula merah dan santan kelapa 
37. kelembidor (n) : penyakit kulit berupa bentol merah dan gatal
38. kemeh (v) : kencing
39. ketemu wayah (n): waktu 24 jam
40. kupi (n): kopi
41. kusik (v) : membuang kulit, kupas
42. kutemare (n) : tali yang melintang/menghadang
43. kutis (v) : mengambil sedikit dengan ujung jari
44. lelongop (n) : jendela
45. lengah (adj) : gerak lambat, tidak cekatan
46. lengker (adj) : kalah terus
47. limit (adj) : pelan, lambat
48. mandi Wiladah (n) : mandi setelah nifas
49. mantong (v) : menghidupkan api dan membakar
50. melinyang (adj) : mengkilap
51. menganjuk (v): mencari tahu mengenai calon dan keluarganya dengan detil.
52. ngaro (v) : mengacau mengajak bergurau
53. ngelat (n) :Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari kelima belas
54. ngempat Puloh (n) : Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari keempat puluh. Pada ngempat puloh, tuan rumah memberikan buah tangan pada tamu yang hadir. Tuan rumah biasanya memberi kue bolu dan buku yasin yang diletakkan di atas piring dan dibungkus sapu tangan.
55. ngundoh menantu (n) : menerima pengantin dari orang tua pengantin laki-laki
56. ngunjam (v): menancapkan, menghentakkan dari atas ke bawah
57. ngunjam bale (v) : memasang tarup
58. nige Ari (n): Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari ketiga
59. nujoh hari (n) :Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari ketujoh
60. nyelawe (n): Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari kedua puluh lima. Pada nyelawe dihidangkan kue apam.
61. nyelawe (v) : menegur, mengajak
62. nyeratus (n): Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari keseratus
63. nyeribu (n): Mengadakan tahlilan dan doa bersama pada hari keseribu
64. nyusor (v): bergerak mengarah kedalaman
65. osek (v) : menyingkirkan yang menghalangi
66. pacat kundang (n) : acara berupa penggantian perban dan pengobatan oleh dukun atau para medis dan disertai pembacaan doa tolak bala.
67. palar (adj) : parah, berlebihan
68. peker (adj) : tidak dapat diandalkan, tidak beres
69. pinggan (n): piring
70. pisok (n) : pisau
71. pokok teluk (n): telur rebus warna merah, dihias, dan ditancapkan pada ketan kuning dalam tempat
72. pusak (v) : menyentuh dengan jari, menjamah
73. ranap (adj) : tidak ada lagi, hilang mengenai suatu barang dalam sekejap
74. redip (adj) : sangat jauh
75. remangin (n) : ventilasi
76. restong (n): sakit jempol kaki, bikuk
77. sebutik (n) : sebuah
78. seluar (n) : celana dalam
79. sengeh (v): susah bernafas
80. senggereng (adj) : miring
81. sepor (adj): empuk
82. sesatang (n) : alat jemuran
83. sesiser (n): satu potongan tandan berupa kumpulan pisang
84. simbor (v): disiram dengan perlahan
85. suah (v) : pernah
86. suduk (n): sendok
87. suntong (n): puas hati
88. syair gulung (n): syair khas melayu kayung ketapang
89. tambol (n): juadah
90. tekampor (v) : tak tertahankan buang air besar sangat banyak 
91. tekantal (v): jatuh terduduk
92. tekasik (v) : bersin
93. tekerayak (v) : terkejut
94. telangke (n) : seseorang yang diutus untuk mencari informasi perihal calon pengantin
95. teluk (n): telur
96. tempungas (v) : membasuh wajah
97. tetohong (n): talam kecil untuk sesajian
98. tumak (n) : kutu rambut
99. tumbas (adj) : seringkali
100. tumbang apam (n) : acara pembacaan surah yasin dan doa tolak bala serta dilanjutkan dengan menggerakkan apan yang tertancap pada pelepah kelapa mengitari sepasang pengantin.
101. tungo (n) : kutu, tungau
102. uras (n) : sampah
103. demun (adj) : lemau, melempam
104. begian : begitu
105. bulak (v) : berbohong
106. jejadim (adv) : cukup
107. julok (v) : menggunakan galah untuk menjatuhkan sesuatu yang di atas
108. kelempet (adj) : penyok, kelemek
109. kepak (v) : berulang kali hingga bosan
110. lenak (adv) : engkolan sepeda sangat cepat
111. melecong (v) : melompat ke luar
112. melempe (adj) : melengkung
113. pensai (adj) : hancur  berkeping
114. punah ranah (adj) : habis tak tersisa
115. sabat (v) : dapat
116. secupel (adj) : sedikit
117. selak (adj) : rakus, celah
118. sengkong (n) : tangan bengkok
119. subak (adv) : masih lama
120. tepungkal (v) : jatuh tersungkur
121. tesungkor (v) : jatuh 
122. usah (v) : jangan
123. uyoh (adv) : susah
124. yum (v) : ayok, mari

***

Narasumber

1. Endeh (P), Dukun Kampung
2. Nek Bak (P), Petugas Fardu Kifayah
3. Mak Ngah Tini (P), Pensiunan Guru SD
4. Gusti Carma (L), Ketua umum Perkumpulan Lawang Kekayun Ketapang, Penulis Buku, dan Pengantin Baru

Bahan Bacaan

1. Catatan Warisan Budaya di Kerajaan Tanjungpura karya Yudo Sudarto, SP.
2. Identitas Melayu Ketapang
3. Kebudayaan Adat Istiadat dan Hukum Adat Melayu Ketapang karya M. Dardi, D. Has 

Share on Google Plus

About Asmirizani

Lelaki biasa yang sedang belajar mengeja hidup. Membaca, menulis, dan belajar tiada henti ditemani secangkir kopi jahe,

12 komentar:

  1. Rata² hampir sama adatnya tiap daerah di Indonesia ya... Di daerah ku (Jawa-Madura) juga banyak kemiripan dengan adat diatas meski tidak semuanya... Mantap ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena masih se-Indonesia. He.
      Walaupun hampir mirip selalu ada saja bedanya.

      Hapus
  2. Ada beberapa adat yang mirip dg adat suku Banjar, Kalsel. Mirip dg adat melayu memang Banjar ini. Seperti mandi 7 bulan dlsb.

    BalasHapus
  3. Banyak ya upacara adatnya, semoga selalu diadakan hingga lestari dan jadi warisan anak cucu

    BalasHapus
  4. mirip2 sumatra ya. org jawa dll mungkin melihat kita sama aja kali. kayak nonjawa yg mengira dr banten sampe jatim itu jawa semua

    BalasHapus
  5. Selalu takjub mencermati berbagai acara-acara adat di berbagai suku di Indonesia. Filosofi yang terkandung di dalamnya tidak jauh dari doa-doa harapan dan rasa bersyukur kepada pencipta atas tahap-tahapan kehidupan yang dilalui. Kebudayaan yang sarat dengan filosofi kehidupan.

    BalasHapus
  6. Di beberapa daerahku juga masih banyak yg melaksanakan tradisi ini,
    Indonesia sungguh kaya akan tradisi ya subhanallah :)

    BalasHapus
  7. berasa lagi baca ensiklopedianya budaya melayu sangking lengkapnya. Cocok buat yang cari tau tentang tradisi melayu nih disini, lengkap

    BalasHapus
  8. Beberapa tradisi Melayu Ketapang ini ada yang mirip tradisi minang. Dan setelah aku renungkan, luarbiasa ya perhatian orang dulu terhadap proses menikah, hamil, melahirkan, dan dengan si bayik ❤️

    BalasHapus
  9. Apakah mengundoh mantu itu artinya sama dengan mengunduh mantu? Setiap daerah dan suku memang punya adat istiadat sendiri ya Mas, dan itu kalau dituliskan banyak sekali, tidak cukup di satu artikel

    BalasHapus
  10. Secara umum hampir sama dengan tradisi di Bengkulu. Namun beda nama aja.kosakatanya juga unik

    BalasHapus
  11. Baru tahu saya ternyata banyak juga tradisi Melayu

    BalasHapus