Tarian Sang Waktu Saifun Arif Kojeh

pendar-pendar cahaya merah yang keluar dari intiasari daging tubuhku menjemput diriku. Mengubur dan memendam aku dalam risalah-risalah angin. Risalah angin yang seringkali dimainkan anak-anak kecil berseragam kantong plastik. Mereka menaikkan layang-layang jiwa yang terbang menuju angkasa raya. Menggapai harapan dan cita-citanya.” Saifun Arif Kojeh

Judul                : Kembalinya Tarian Sang Waktu
Penulis              : Saifun Arif Kojeh
Penerbit            : Literer Khatulistiwa
Tahun               : 2010
Tebal halaman   : 94
ISBN               : 978-979-18624-1-7

Kembalinya Tarian Sang Waktu merupakan buku kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Saifun Arif Kojeh. Seorang guru yang masih menyempatkan diri untuk menulis. Kembalinya Tarian Sang Waktu merupakan buku berisi beragam tema yang diangkat dari kehidupan sekitar. Beberapa cerpen mengandung unsur lokalitas yang kental. Beberapa cerita mengangkat tema percintaan yang sangatlah terasa berbeda dengan tema percintaan pada umumnya. Tema percintaan diramu Saifun dengan pesan moral yang kuat, bahkan percintaan yang dibalut unsur keagamaan.


Menurut A. Halim R pada pengantar buku Kembalinya Tarian Sang Waktu bahwa kelebihannya dari beberapa penulis lain, cerita cintanya sudah berisi pesan moral,  bahkan ajaran tauhid ketuhanan. Sudah pasti, ia penulis yang mau dan terus belajar sesuatu untuk memperkaya  diri. Bukan cuma mengisi ruang intelektual (The Power Of Mind) belaka, melainkan juga ruang spiritual (The Power spirituality). Penyeimbangan dua potensi atau kekuatan ini sangat perlu bagi setiap insan untuk menjadi beradab.

Berikut judul cerpen dalam buku Kembalinya Tarian Sang Waktu
1.      Titik putih perjuangan
2.      Pengembaraan
3.      Wanita yang ingin memiliki mentari
4.      Hadiah istimewa buat sang pacar
5.      Lentera hitam
6.      Keluarga peramal
7.      15 menit kebersamaan
8.      Kenagan
9.      Kembalinya tarian sang waktu

Sinopsis cerita dari 9 judul cerpen dalam buku Kembalinya Tarian Sang Waktu sebagai berikut:


Titik Putih Perjuangan
“Pekerjaan yang berbuat baik untuk Allah maupun orang lain.” - Saifun Arif Kojeh

Handini – teman arif – menawarkan pekerjaan menjadi sopir Winda yang bekerja di diskotik. Selain menjadi sopir, Arif memiliki misi lain, yaitu berdakwah. Arif mengajak Winda ke jalan benar. Akhir cerita yang bahagia, Winda seorang pelacur yang memiliki satu anak akhirnya insyaf.

Cerpen ini membuat pembaca penasaran karena tokoh utama seorang pendakwah bekerja sebagai sopir mengantar pelacur. Membantu orang lain untuk berbuat kejahatan tentu akan mendapat dosa, seperti halnya di dalam cerita ini. Tahapan demi tahapan pembaca digiring penulis satu persatu perkara yang disajikan. Ternyata di dalam cerita ini Sang tokoh memiliki misi lain, yakni berdakwah. Dakwah dilakukan tokoh bukan pada manusia umum namun dilakukan pada seorang pelacur. Dakwah yang dilakukan sangat sensitif dapat terjerumus dosa. Penulis mengakhiri cerita bahagia, tokoh yang mampu mewujudkan misinya mengubah haluan sang pelacur ke jalan yang benar.

Pengembaraan
“Hidupku adalah sebuah derita. Derita adalah surga. Surga adalah keteguhan hati yang bersinar cemerlang.”- Saifun Arif Kojeh

Menceritakan seorang manusia yang menjadi jerangkong – hantu kepala – yang ingin bertobat dan mencari jalan kebenaran dalam pengembaraannya.

Wanita yang Ingin Memiliki Mentari
“Kita harus dapat berlapang dada dan berbesar hati. Mungkin saja di balik semua ini ada hikmahnya. Jangan lupa kuatkan penerimaanmu dengan memohon keridaan dari Allah.” - Saifun Arif Kojeh

Wanita yang bingung dengan pilihan dua lelaki yang disimbolkan sebagai mentari. Wanita tersebut meminta saran seorang temannya. Ia menginginkan mentari yang berketeria jujur, dapat dipercaya, dan taat ibadah pada Allah. Mentari itu tidak dari kedua lelaki yang membuatnya bigung, melainkan mentari itu adalah teman lelaki yang menjadi tempatnya meminta saran.

Hadiah Istimewa Buat Sang Pacar
“Saya tidak bisa merusak keinginan atau kebahagiaan orang banyak yang hanya  untuk memenuhi kesenangan dan kebahagiaan saya yang hanya berupa segelintir buih busa di lautan terbuka.” - Saifun Arif Kojeh

Seorang pacar yang memberikan sebuah hadiah berupa senja, rembulan, dan orion. Pada mulanya wanita tak menerima senja karena wanita mementingkan kesenangan semua orang yang juga ingin menikmati senja. Sang wanita menerima hadiah berupa rembulan dan orion yang tak banyak orang yang menikmatinya.

Lentera Hitam
“Aku tidak boleh terpengaruh oleh gosip. Aku tidak boleh makan mentah-mentah sebuah gossip. Nanti aku sakit perut.” - Saifun Arif Kojeh

Gosip yang tersebar memberitakan bahwa Dipur sudah tidak perjaka karena telah melakukan hubungan intim dengan sahabatnya Eli. Namun, Dara kekasih Dipur tidak percaya. Mereka bertemu dengan Eli dan Didi kekasih Eli. Gosip itu terselesaikan oleh Tulus Nurhakim yang sangat dipercayai kejujurannya membeberkan orang yang menyebarkan gosip yang tidak benar itu.

Keluarga Peramal
“Sangat menyesalkan perbuatan para jamaahnya yang telah terjerumus oleh intrik-intrik yang direkayasa oleh setan. Halusinasi semu. Terlalu menurutkan pertimbangan nafsi daripada pertimbangan iman.” - Saifun Arif Kojeh

Warga meyakini bahwa keluarga Bagong merupakan orang kebenaran. Satu keluarga itu menjadi peramal yang jitu, mereka hidup dari meramal. Sudah banyak orang yang berhasil karena ramalannya. Namun ustadz Ghafur meminta Bagong untuk meramal diri Bagong sendiri dan anak istri. Hasil ramalan tersebut sangat jelek bagi keluarga Bagong, bukan keberuntungan, namun sebuah kemalangan.

15 Menit Kebersamaan
“Bahwa hidup ini tidak hanya sekadar impian-impian indah tetapi juga harus ada kerja dan pengorbanan yang diberikan untuk mencapai impian tersebut.” - Saifun Arif Kojeh

Tokoh aku memiliki sahabat yang mempunyai impian masing-masing. Impian mereka yang bermuara pada ketenangan dan kebahagian. Namun satu di antara mereka memiliki ketenangan dan kebahagiaan dari cinta.

Kenangan
“Mengisi masa muda dengan memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Melakukan kegiatan yang positif. Manfaatnya adalah sebagai bekal di masa tua” - Saifun Arif Kojeh

Harum menjadi keirian temannya karena sangat diperhatikan Pak Rohim. Harum yang merupakan anak rajin di sekolah mengidap penyakit diabetes melithus. Saat sakitnya ia masih kepikiran tertinggal materi pelajaran. Harum sembuh dari sakitnya. Pak Rohim berpindah tugas. Harum mendapat hadiah dari Pak Rohim. Padahal Harum ingin diajar oleh Pak Rohim lagi karena beliau memberi semangat jika mengajar dan sangat sabar.

Kembalinya Tarian Sang Waktu
“Walau seperti begini wujudku. Aku masih mampu bersyukur pada Allah.
Karena aku masih diberikan jiwa dalam sukma. Walau yang lainnya sudah hangus.” - Saifun Arif Kojeh

Seorang yang sedang kelelahan dan beristirahat di sebuah gubuk. Ia meminta izin pada gubuk karena gubuk tersebut tak berpenghuni. Tiba saja ada yang menyahutinya. Ia terkejut mendapati pelita yang mengeluarkan kata. Namun tiba saja pelita itu raib, dan ia bertafakur di luar gubuk hingga bertemu Sang pelita di tempat yang berbeda.

Itulah beberapa pemaparan ringan mengenai cerpen Saifun Arif Kojeh di dalam buku Kembalinya Tarian Sang Waktu. Buku kumpulan ini sangatlah memberikan pembelajaran tersendiri bagi pembaca. Oleh karena itu sepantaslah kita mengoleksi buku ini sebagai bahan bacaan.


Biodata Saifun Arif Kojeh
Saifun Arif Kojeh adalah nama pena dari Raden Sarifudin yang terlahir di Durian Sebatang, 8 Desember 1978 dari rahim Raden Ajeng Jetiah Bujan Saheran dan ayahndanya Raden Koman Sahar.
Senang menulis karya sastra sejak masih sekolah menengah umum kelas tiga sampai sekarang. Karyanya berupa puisi, cerpen, cerber, novel mini, novel, diary seorang penulis, prosa kehidupan, prosa mimpi, bahkan kini merambah menulis artikel populer di berbagai media massa.
Dalam dunia kepenulisan dia mempunyai semboyan: “Suatu ekspresi kreatif sependek apapun dalam menuangkan impresi atau ekspresi jiwa akan melahirkan keindahan rasa yang terasa bagi orang yang merasa.”
Cerpennya bertajuk mutiara dalam lumpur jadi juara III dalam penulisan cerpen islami yang diadakan Forpi Al Ikhwan (sekarang at tarbawi) FKIP untan. Cerpen dan puisinya dipublikasikan di berbagai media massa dan online.
Bukunya yang telah diterbitkan, puisi tunggal: Tafakur Cinta penerbit Pijar Publishing pada tahun 2006, Senandung Puisi: Menerjemahkan Rindu penerbit Literer Khatulistiwa pada tahun 2010.
Naskah teater yang sudah ditulisnya berjudul Siluet Biru, Titik Merah, Monolog Merah Putih, Pentingnya Pendidikan, Putri dipanah Rembulan, Selembut Kasih Ibu, Kawin atau Pendidikan, dan Kemuliaan Kasih Ibu.
Pernah mengikuti pertemuan mahasiswa sastra tingkat nasional di Pontianak pada tahun 1999 dan di Yogyakarta pada tahun 2000. Pernah diundang untuk mengikuti loakaraya apresiasi sastra daerah di Cipayung, Bandung yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Nasional dengan pembicaraannya dari Dinas Pendidikan Nasional dan sastrawan Horison (Agustus 2006) dan di Cipayung, Bogor, Jawa Barat (Desember 2007), diundang sebagai peserta MASTERA cerpen di Bogor (28 juli- 2 Agustus 2008).
Penulis juga anggota IPSKH (Ikatan Pencinta Sastra Kota Hantu), mantan ketua sanggar KIPRAH FKIP Univesitas Tanjungpura Pontianak 1999-2000.
Kini penulis aktif meltih anak didiknya menulis puisi, prosa, cerpen, dan teater, ketua SAKENI (sanggar kepenulisan dan seni) dan ketua KOMPENKAT (Kelompok Penulis Berbakat)
Alumnus SMA Negeri 2 Pontianak dan FKIP Untan pendidikan bahasa, sastra Indonesia dan daerah ini sekarang mengabdikan dirinya sebagai guru di SMA Negeri 1 Balai Bekuak, Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang. Kontak Person: Jalan Atoto Ahmad Nomor 05 Perumnas 2, Pontianak 78113. Nomor telpon rumah : 0561 778384 dan nomor hp: 085252411358 Facebook: Saifun Arif Kojeh.
Share on Google Plus

About Asmirizani

Lelaki biasa yang sedang belajar mengeja hidup. Membaca, menulis, dan belajar tiada henti ditemani secangkir kopi jahe,