pendar-pendar cahaya merah yang keluar
dari intiasari daging tubuhku menjemput diriku. Mengubur dan memendam aku dalam
risalah-risalah angin. Risalah angin yang seringkali dimainkan anak-anak kecil
berseragam kantong plastik. Mereka menaikkan layang-layang jiwa yang terbang
menuju angkasa raya. Menggapai harapan dan cita-citanya.” – Saifun Arif Kojeh –
Judul : Kembalinya Tarian Sang Waktu
Penulis : Saifun Arif Kojeh
Tebal
halaman : 94
ISBN : 978-979-18624-1-7
Kembalinya Tarian Sang Waktu merupakan
buku kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Saifun Arif Kojeh. Seorang guru
yang masih menyempatkan diri untuk menulis. Kembalinya Tarian Sang Waktu merupakan buku berisi beragam tema yang diangkat dari kehidupan sekitar. Beberapa
cerpen mengandung unsur lokalitas yang kental. Beberapa cerita mengangkat
tema percintaan yang sangatlah terasa berbeda dengan tema percintaan pada umumnya. Tema
percintaan diramu Saifun dengan pesan moral yang kuat, bahkan percintaan yang
dibalut unsur keagamaan.
Menurut A. Halim R pada pengantar buku
Kembalinya Tarian Sang Waktu bahwa kelebihannya dari beberapa penulis lain,
cerita cintanya sudah berisi pesan moral,
bahkan ajaran tauhid ketuhanan. Sudah pasti, ia penulis yang mau dan
terus belajar sesuatu untuk memperkaya
diri. Bukan cuma mengisi ruang intelektual (The Power Of Mind) belaka,
melainkan juga ruang spiritual (The Power spirituality). Penyeimbangan dua
potensi atau kekuatan ini sangat perlu bagi setiap insan untuk menjadi beradab.
Berikut
judul cerpen dalam buku Kembalinya Tarian Sang Waktu
1.
Titik
putih perjuangan
2.
Pengembaraan
3.
Wanita
yang ingin memiliki mentari
4.
Hadiah
istimewa buat sang pacar
5.
Lentera
hitam
6.
Keluarga
peramal
7.
15
menit kebersamaan
8.
Kenagan
9.
Kembalinya
tarian sang waktu
Sinopsis
cerita dari 9 judul cerpen dalam buku Kembalinya Tarian Sang Waktu sebagai
berikut:
Titik Putih Perjuangan
“Pekerjaan yang berbuat baik untuk Allah maupun
orang lain.” - Saifun Arif Kojeh
Handini – teman arif – menawarkan
pekerjaan menjadi sopir Winda yang bekerja di diskotik. Selain menjadi sopir,
Arif memiliki misi lain, yaitu berdakwah. Arif mengajak Winda ke jalan benar.
Akhir cerita yang bahagia, Winda seorang pelacur yang memiliki satu anak
akhirnya insyaf.
Cerpen ini
membuat pembaca penasaran karena tokoh utama seorang pendakwah bekerja sebagai
sopir mengantar pelacur. Membantu orang lain untuk berbuat kejahatan tentu akan
mendapat dosa, seperti halnya di dalam cerita ini. Tahapan demi tahapan pembaca
digiring penulis satu persatu perkara yang disajikan. Ternyata di dalam cerita
ini Sang tokoh memiliki misi lain, yakni berdakwah. Dakwah dilakukan tokoh
bukan pada manusia umum namun dilakukan pada seorang pelacur. Dakwah yang
dilakukan sangat sensitif dapat terjerumus dosa. Penulis mengakhiri cerita
bahagia, tokoh yang mampu mewujudkan misinya mengubah haluan sang pelacur ke
jalan yang benar.
Pengembaraan
“Hidupku adalah sebuah derita. Derita adalah
surga. Surga adalah keteguhan hati yang bersinar cemerlang.”-
Saifun Arif Kojeh
Menceritakan seorang manusia yang menjadi
jerangkong – hantu kepala – yang ingin bertobat dan mencari jalan kebenaran
dalam pengembaraannya.
Wanita yang Ingin Memiliki Mentari
“Kita harus dapat berlapang dada dan
berbesar hati. Mungkin saja di balik semua ini ada hikmahnya. Jangan
lupa kuatkan penerimaanmu dengan memohon keridaan dari Allah.” - Saifun Arif
Kojeh
Wanita yang bingung dengan pilihan dua
lelaki yang disimbolkan sebagai mentari. Wanita tersebut meminta saran seorang
temannya. Ia menginginkan mentari yang berketeria jujur, dapat dipercaya, dan
taat ibadah pada Allah. Mentari itu tidak dari kedua lelaki yang membuatnya
bigung, melainkan mentari itu adalah teman lelaki yang menjadi tempatnya
meminta saran.
Hadiah Istimewa Buat Sang Pacar
“Saya tidak bisa merusak keinginan atau
kebahagiaan orang banyak yang hanya untuk memenuhi kesenangan dan
kebahagiaan saya yang hanya berupa segelintir buih busa di lautan terbuka.” -
Saifun Arif Kojeh
Seorang pacar yang memberikan sebuah
hadiah berupa senja, rembulan, dan orion. Pada mulanya wanita tak menerima
senja karena wanita mementingkan kesenangan semua orang yang juga ingin
menikmati senja. Sang wanita menerima hadiah berupa rembulan dan orion yang tak
banyak orang yang menikmatinya.
Lentera Hitam
“Aku tidak boleh terpengaruh oleh gosip.
Aku tidak boleh makan mentah-mentah sebuah gossip. Nanti aku sakit perut.” - Saifun Arif
Kojeh
Gosip yang tersebar memberitakan bahwa Dipur
sudah tidak perjaka karena telah melakukan hubungan intim dengan sahabatnya
Eli. Namun, Dara kekasih Dipur tidak percaya. Mereka bertemu dengan Eli dan
Didi kekasih Eli. Gosip itu terselesaikan oleh Tulus Nurhakim yang sangat
dipercayai kejujurannya membeberkan orang yang menyebarkan gosip yang tidak
benar itu.
Keluarga Peramal
“Sangat menyesalkan perbuatan para
jamaahnya yang telah terjerumus oleh intrik-intrik yang direkayasa oleh setan.
Halusinasi semu. Terlalu menurutkan pertimbangan nafsi daripada pertimbangan
iman.” - Saifun Arif Kojeh
Warga meyakini bahwa keluarga Bagong
merupakan orang kebenaran. Satu keluarga itu menjadi peramal yang jitu, mereka
hidup dari meramal. Sudah banyak orang yang berhasil karena ramalannya. Namun
ustadz Ghafur meminta Bagong untuk meramal diri Bagong sendiri dan anak istri.
Hasil ramalan tersebut sangat jelek bagi keluarga Bagong, bukan keberuntungan,
namun sebuah kemalangan.
15 Menit Kebersamaan
“Bahwa hidup ini tidak hanya sekadar
impian-impian indah tetapi juga harus ada kerja dan pengorbanan yang diberikan
untuk mencapai impian tersebut.” - Saifun Arif Kojeh
Tokoh aku memiliki sahabat yang mempunyai
impian masing-masing. Impian mereka yang bermuara pada ketenangan dan
kebahagian. Namun satu di antara mereka memiliki ketenangan dan kebahagiaan
dari cinta.
Kenangan
“Mengisi masa muda dengan memperoleh ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya. Memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Melakukan
kegiatan yang positif. Manfaatnya adalah sebagai bekal di masa tua” - Saifun Arif Kojeh
Harum menjadi keirian temannya karena
sangat diperhatikan Pak Rohim. Harum yang merupakan anak rajin di sekolah
mengidap penyakit diabetes
melithus. Saat sakitnya ia masih kepikiran tertinggal materi pelajaran.
Harum sembuh dari sakitnya. Pak Rohim berpindah tugas. Harum mendapat hadiah
dari Pak Rohim. Padahal Harum ingin diajar oleh Pak Rohim lagi karena beliau
memberi semangat jika mengajar dan sangat sabar.
Kembalinya Tarian Sang Waktu
“Walau seperti begini wujudku. Aku masih
mampu bersyukur pada Allah.
Karena aku masih diberikan jiwa dalam
sukma. Walau yang lainnya sudah hangus.” -
Saifun Arif Kojeh
Seorang yang sedang kelelahan dan
beristirahat di sebuah gubuk. Ia meminta izin pada gubuk karena gubuk tersebut
tak berpenghuni. Tiba saja ada yang menyahutinya. Ia terkejut mendapati pelita
yang mengeluarkan kata. Namun tiba saja pelita itu raib, dan ia bertafakur di
luar gubuk hingga bertemu Sang pelita di tempat yang berbeda.
Biodata Saifun
Arif Kojeh
Saifun Arif Kojeh adalah nama pena dari
Raden Sarifudin yang terlahir di Durian Sebatang, 8 Desember 1978 dari rahim Raden
Ajeng Jetiah Bujan Saheran dan ayahndanya Raden Koman Sahar.
Senang menulis karya sastra sejak masih
sekolah menengah umum kelas tiga sampai sekarang. Karyanya berupa puisi,
cerpen, cerber, novel mini, novel, diary seorang penulis, prosa kehidupan,
prosa mimpi, bahkan kini merambah menulis artikel populer di berbagai media
massa.
Dalam dunia kepenulisan dia mempunyai
semboyan: “Suatu ekspresi kreatif
sependek apapun dalam menuangkan impresi atau ekspresi jiwa akan melahirkan
keindahan rasa yang terasa bagi orang yang merasa.”
Cerpennya bertajuk mutiara dalam lumpur
jadi juara III dalam penulisan cerpen islami yang diadakan Forpi Al Ikhwan
(sekarang at tarbawi) FKIP untan. Cerpen dan puisinya dipublikasikan di
berbagai media massa dan online.
Bukunya yang telah diterbitkan, puisi
tunggal: Tafakur Cinta penerbit Pijar Publishing pada tahun 2006, Senandung
Puisi: Menerjemahkan Rindu penerbit Literer Khatulistiwa pada tahun 2010.
Naskah teater yang sudah ditulisnya
berjudul Siluet Biru, Titik Merah, Monolog Merah Putih, Pentingnya Pendidikan,
Putri dipanah Rembulan, Selembut Kasih Ibu, Kawin atau Pendidikan, dan
Kemuliaan Kasih Ibu.
Pernah mengikuti pertemuan mahasiswa
sastra tingkat nasional di Pontianak pada tahun 1999 dan di Yogyakarta pada
tahun 2000. Pernah diundang untuk mengikuti loakaraya apresiasi sastra daerah
di Cipayung, Bandung yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Nasional dengan
pembicaraannya dari Dinas Pendidikan Nasional dan sastrawan Horison (Agustus
2006) dan di Cipayung, Bogor, Jawa Barat (Desember 2007), diundang sebagai
peserta MASTERA cerpen di Bogor (28 juli- 2 Agustus 2008).
Penulis juga anggota IPSKH (Ikatan
Pencinta Sastra Kota Hantu), mantan ketua sanggar KIPRAH FKIP Univesitas
Tanjungpura Pontianak 1999-2000.
Kini penulis aktif meltih anak didiknya
menulis puisi, prosa, cerpen, dan teater, ketua SAKENI (sanggar kepenulisan dan
seni) dan ketua KOMPENKAT (Kelompok Penulis Berbakat)
Alumnus SMA Negeri 2 Pontianak dan FKIP
Untan pendidikan bahasa, sastra Indonesia dan daerah ini sekarang mengabdikan
dirinya sebagai guru di SMA Negeri 1 Balai Bekuak, Simpang Hulu, Kabupaten
Ketapang. Kontak Person: Jalan Atoto Ahmad Nomor 05 Perumnas 2, Pontianak
78113. Nomor telpon rumah : 0561 778384 dan nomor hp: 085252411358 Facebook:
Saifun Arif Kojeh.